Senin, 02 Maret 2015

Sebuah Renungan Saat Umur Tak Muda Lagi

Apa sih yang membuat hari ulang tahun menjadi istimewa ? kue ? ucapan-ucapan ? kado ? surprise atau apa ? pasti jawabannya adalah semuanya. Aku pun seperti itu, ingin mendapat kue, ucapan-ucapan terutama dari orang-orang yang disayang, kado, bahkan surprise. Ya, itu naluri yang wajar bagi semua orang.
Namun entah mengapa tahun ini berbeda. Bahkan rasanya tahun ini aku ingin melewatkan saja hari ulang tahunku, rasanya tanggal itu dihapus saja dari kalender. Bukan karena ada masalah yang sedang menimpaku atau karena aku merasa sebatang kara, bukan karena itu. Alasanku karena tahun ini usiaku sudah kepala dua. Dan belum apa hal yang bisa dibanggakan dari diriku.
Rasanya sulit sekali meninggalkan umur yang belasan ini. Namun mau tak mau semuanya terus berjalan, waktu terus berputar bahkan matahari masih setia menerangi bumi. Semakin bertambahnya umur, semakin besar pula tanggung jawab yang harus dipikul, semakin banyak ibadah yang harus diperbaiki karena kita tak pernah tau kapan episode kehidupan kita akan berakhir. Wallahu’alam semoga Allah masih memberikan umur kepada kita untuk mencari bekal sebanyak-banyaknya di akhirat.
Dewasa, kata yang sederhana namun tak sesederhana untuk mencapainya. Saat umur bertambah, harusnya kedewasaan juga bertambah. Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya ? mungkin there is something eror. Bukan jalan hidup kita yang eror, namun lebih kepada bagaimana kita menjalani dan memaknai kehidupan.
Sedikit cerita, tepat pada hari ulang tahun ini aku pergi ke panti. Dan aku seolah ditunjukkan oleh Tuhan hakekat hidup yang sebenarnya. Hidup itu sebuah perjuangan. Aku melihat besarnya perjuangan mereka yang ada di panti. Untuk pergi sekolah/kuliah saja mereka harus mengayuh sepeda ontel. Padahal jika naik motor saja memerlukan waktu 30 menit untuk sampai ke kampus. Itulah yang dialami oleh salah seorang temanku yang luar biasa. Bayangkan saja berapa waktu yang dia gunakan untuk mencapai kampus dengan sepeda ontelnya, jalannya pun ada yang menanjak. Sungguh luar biasa perjuangannya. Ketika makan pun tak boleh ada sedikit pun makanan yang tersisa. Karena membuang makanan adalah berdosa. Itu hanya segelintir cerita yang aku dapatkan di panti. Lalu apa yang aku lakukan selama ini ? Apa yang sudah ku perbuat dengan nikmat yang luar biasa diberikan oleh Tuhan ?
Fabiayyiaalairobbikuma tukadziban ? Nikmat Tuhan Mana Lagi yang Kamu Dustakan ?
Seolah-olah saat itu aku merasa Allah menanyakan firmanNya itu kepadaku. Astaghfirullah…Rasanya langsung menusuk ke hatiku.
Jika ingin hidup tenang dan bahagia kuncinya adalah bersyukur. Ya itulah yang harus lebih aku tingkatkan untuk hidupku ke depan. Bersyukur dan bersyukur insyaAllah hidup pun makmur. Dengan bersyukur, kita tak akan banyak mengeluh. Karena mengeluh itulah yang menyebabkan stress. Kalau udah stress nanti cepet tua, mau ? hehe
Jika kamu merasa tak ada orang yang peduli padamu, biarkan saja. Lagi pula masih ada orang tua yang selalu mempedulikanmu tanpa kamu memintanya. Masih ada Allah yang memberikan oksigen gratis padamu, bukankah itu salah satu tanda kepedulianNya padamu ? Lalu apa lagi yang kurang ?
Manusia memang masalah dunia selalu merasa kurang, tapi lihatlah ibadahmu, apa kau tak merasa kurang ? Masalah duniawi lihatlah ke bawah, lihatlah orang yang tidak seberuntung hidupmu agar kamu bisa bersyukur. Masalah akhirat lihatlah ke atas, yang tua aja masih semangat beribadah, mengapa yang muda bermalas-malasan ? | Yang tua kan sebentar lagi meninggal, jadi wajar lah kalau mereka semakin taat. | Heyy ingat kematian dating kapan saja !
Renungan ini untuk diriku sendiri, tak ada maksud untuk menggurui. Mari melangkah bersama-sama untuk mendapatkan ridhoNya, tak ada kata terlambat untuk memulai dan tak menunggu hidayah itu datang. Karena hidayah itu kita cari, bukan untuk ditunggu, seperti jodoh. Hehe
Satu kutipan yang aku pun mengutip, Hehe.
“Jangan takut untuk menjadi tua, tapi takutlah untuk tidak menjadi dewasa.”
Let’s fighting jiwa muda !!