Jumat, 25 Desember 2015

2015 adalah Pengalaman, 2016 adalah Perbaikan

Tinggal menghitung hari untuk menutup lembaran tahun 2015. Banyak hal yang sudah tercapai namun banyak pula yang belum  menemui keberuntugannya. Semuanya patut untuk disyukuri karena Allah pasti memberikan yang terbaik untuk hambaNya. Yang menjadi pertanyaan adalah seberapa besar usaha kita untuk mencapai impian kita ? atau jangan-jangan kita belum berusaha sama sekali dan menyerah pada kegagalan ??
Impian yang sudah tercapai hendaknya disyukuri dan diambil pengalaman yang sebanyak-banyaknya. Benar pepatah yang mengatakan "Pengalaman adalah guru terbaik", Dengan pengalaman banyak hal yang dapat kita perbaiki untuk kedepannya. Namun yang tak kalah penting saya dapakan di tahun 2015 adalah peluang. Ya, Bagaimana cara kita memanfaatkan dan mengelola peluang dan kesempatan, seperti yang kita tahu, peluang dan kesempatan tidak datang dua kali. Maka ketika kesempatan itu datang cepatlah kau pergi untuk menemuinya. Bahkan jika perlu, jemputlah peluang dn kesempatan itu.
Banyak orang yang menyesal karena dia menyia-nyiakan peluang. Tak usah beralasan bahwa peluang itu sedikit. Hal tersebut salah besar. Faktanya, peluang dan kesempatan sangat banyak namun orang yang berani mengambilnya hanya sedikit. Terutama dalam hal kesiapan seseorang untuk mendapat kesempatan tersebut. Contohnya banyak sekali beasiswa kuliah di luar negeri, namun sedikit orang yang TOEFLnya lolos. Dan masih banyak lainnya.
Hal lain yang tak kalah penting adalah percaya diri. Terkadang kita memang perlu sok-sokan baru semua bisa jadi kenyataan. Misalkan sok-sokan aja kalau kita pinter maka otomatis kita akan malu kalau kita ngga pinter beneran dan akhirnya kita jadi mau belajar. That's right ??
Nah coba kita renungkan hal apa saja yang sudah kita capai di tahun 2015 dan apa saja yang belum dicapai. Ambil pengalaman dan hikmah yang terjadi,dan gunakan untuk perbaikan di masa depan. Tulis tulis dan tulis impianmu tersebut. Dan tentunya berusaha dan berdoa. Semoga Allah melihat dan mendengar apa yang kau inginkan. Semua tahun, bulan, dan hari adalah waktu pemberian dari Allah dan semuanya adalah baik. Sampai bertemu di tahun 2016 yang lebih mengagumkan !!

Selasa, 21 Juli 2015

UNTUKMU JODOHKU

Musim lebaran identik dengan silaturahmi. Dan menginjak umurku yang sudah rawan dengan pertanyaan “calon” pasti itulah yang ditanyakan tiap kali bertemu orang di kampung halaman. Ditambah setelah lebaran banyak orang yang berbondong-bondong ke KUA. Tentu saja hal itu semakin menambah rasa penasaranku tentang siapa dia, siapa jodohku. Itulah sedikit hal yang melatarbelakangi penulisan ini. Anggap saja sekarang lagi musim manten. Entahlah apa namanya. Hehe.
Jodoh sungguh hal yang sangat misterius dan selalu menjadi bahasan yang menarik untuk semua orang, terutama untuk kamu yang sedang mencari  jodohmu. Tak ubahnya mencari air di padang pasir, sangat dicari dan dinanti kehadirannya. Dan setelah ketemu pasti hati senang dan seakan mempunyai gairah untuk hidup.
Bukan dia yang hanya berdiam di kamar,
Bukan pula dia yang hanya bergelut dengan sms,
Tapi dialah yang datang menemui  kedua orang tuamu  J

Jadi bisa dikatakan jodoh itu “talk less, do more”. Simpan saja semua kata-kata manismu untuk ijab qabulmu nanti, lakukan apa saja yang bisa kamu lakukan untuk mendapatkan permatamu itu. Berusaha dan berusaha, jangan lupa berdoa. Tak cukup dengan mendekati si dia saja, tapi dekati juga si empunya si dia juga, karena semua izin berada pada walinya.  Tapi yang perlu diperhatikan juga, untuk mendekati si dia dan walinya itu memang hanya cukup dengan membawa dirimu saja ? tentu saja “no”. Perlu ada bekal yang kamu bawa. Bekalnya apa saja ? bekal dunia dan akherat pastinya. Hehe.
Pernah terjadi perbincangan antara aku dan ibuku tentang jodoh. Aku bertanya pada beliau kriteria apa yang digunakan untuk mencari calon pedamping hidup. Beliau hanya mnjawab yang penting soleh.  Aku pun menjawab pernyataan beliau, “Tapi jangan hanya soleh-soleh dalam artian rajin solat saja.” Ibu pun langsung tertawa dan menjelaskan padaku secara lebih rinci.
“Soleh itu secara keseluruhan (kaffah). Bukan dia yang hanya rajin solat saja tapi dunianya tidak dihiraukan. Orang soleh itu pasti tahu bahwa Allah memerintahkan kita untuk beribadah, dan beribadah itu jangan diartikan secara sempit. Solat memang beribadah, tapi bukankah bekerja juga beribadah. Jadi intinya seimbang antara dunia dan akheratnya. Untuk menjadi seorang kepala rumah tangga kan juga harus memberi nafkah lahir dan batin. Intinya soleh, jika soleh pasti dia tahu kewjiban-kewajibannya. Mungkin itulah yang bisa disebut dengan bekal dunia akherat.” 
Astaghfirullah...bayak sekali hal yang kita tuntut kepada calon pasangan kita tapi seperti apakah diri kita ? kadang kita memang sibuk mencari seseorang yang pantas tapi lupa untuk memantaskan diri. Nah layaknya seorang pembeli pasti ingin mendapatkan barang kualitas bagus kan ? yuuk kita memantaskan diri dan perbaiki diri kita. Kapal yang berlayar dengan aman bukan karena nahkodanya yang hebat tapi juga karena penumpang beserta isinya juga yang mempengaruhi. Intinya rumah rasa surga itu bukan hanya karena suami saja namun peran istri juga. Dengan begitu insyaAllah keluargamu menjadi sakinah, mawadah, warohmah. Semoga kelak aku dan kamu bisa mengarungi luasnya samudera kehidupan ini bersama-sama yaa :’((


Semoga tulisan ini semakin membuatmu semangat untuk mengejar jodohmu, bukan justru sebaliknya membuatmu pasrah sebelum berusaha, mencari sesuatu yang kurang menantang. Bukankah pria menyukai tantangan ? inilah tantangan untukmu wahai pria !
 Yuuk mari perbaiki diri kita, pantaskan diri kita. Siapa tahu yang disana sudah bersiap menyiapkan mahar agar sakinah bersamamu JJ

Minggu, 05 April 2015

Tak Tau Siapa, Tak Tau Dimana, Dia lah Jodohku

       

Ada kegalauan yang muncul ketika mendengar kata “jodoh”. Mengapa demikian ? Karena jodoh
adalah salah satu misteri Allah selain rezeki, hidup dan mati. Kalau saja jodoh itu bukan misteri
mungkin nanti ceritanya tak seindah Adam Hawa, tak sedramatis Ali dan Fatimah, dan tentunya tak seromantis Aku dan Kamu. Iya Kamu. Kamu yang ntah siapa dan dimana. Hehe

Andai kita tahu jodoh kita siapa, pasti kita akan lebih terfokus padanya. Terkadang kita menginginkan seseorang untuk menjadi jodoh kita kelak. Tentu saja orang itu adalah orang yang spesial di hati kita. Terkadang pula muncul ide untuk membuat komitmen di antara kita dan si dia untuk masa depan. Ingin rasanya membuat rencana-rencana indah untuk ke depannya. Mulai bicara tentang konsep pernikahan nantinya, tanggalnya, rumah masa depan dan tentu saja momongan serta berbagai hal berumah tangga yang terlihat indah. Namun, ketika rencana-rencana indah itu telah dibuat, ingatan ini tertuju pada Allah. Karena jodoh memang di tangan Allah. Rasa takut menghampiri. Takut rencana-rencana itu tak sesuai harapan, takut bukan si dia yang menjadi jodoh kita, takut kecewa dan takut berharap.

Sebagai jiwa muda rasanya ngga muda kalau ngga ngrasain yang namanya “fall in love”. Fall in love, jatuh cinta. Muncul pertanyaan yang besar mengapa kata “cinta” yang menjadi perhatian seluruh manusia harus dipasangkan dengan kata “jatuh”. Dua kata yang menggambarkan suasana yang berbeda. Cinta sangat menggairahkan bagi orang yang merasakannya, sedangkan jatuh sangatlah menyakitkan. Mungkin jawaban pertanyaan yang besar tadi adalah karena ketika kita sedang jatuh cinta/kasmaran terhadap seseorang maka kita pun harus siap buat jatuh atau merasakan sakit hati, bertepuk sebelah tangan, dan lain sebagainya. Karena kembali lagi cinta itu juga termasuk dalam misteri Allah. Hehe

Sekarang ayo kita ubah mindset. Say no to “Jatuh Cinta” but “Bangun Cinta.” Mengapa ? karena yang namanya cinta tidak akan menyakitkan asalkan memperlakukannya benar. Cinta itu ibarat sebuah bunga yang indah. Bunga yang indah diawali dengan benih yang unggul dan ditanam pada lahan yang tepat. Siramilah benih itu dengan sewajarnya, jangan berlebihan. Maka sedikit demi sedikit benih itu akan tumbuh menjadi tanaman yang berbunga indah dan menawan. So, love is depent on yourself ! Threatment that !

Apalagi bangun cinta kepada Allah itu wajib dan mutlak. Sebelum mencintai makhlukNya yang aduhai menawan hati maka cintailah dulu penciptaNya yang telah menciptakan makhluk yang mampu menggetarkan jiwa. Hahaaa alay dikit biar tulisannya panjang. Hehe

Ketika kita merasakan cinta tentunya kita berharap dia adalah jodoh kita. Balik lagi ke jodoh. Muncul lagi kegalauan. Sabar ya mblo, jomblo. Hehe. Tenanglah jomblo itu ngga dosa ko dan bukanlah suatu masalah yang besar. Jomblo itu ada manfaatnya dan banyak menyedihkannya. Itu berlaku buat jones (jomblo ngenes), tapi ngga ngaruh buat jobat (jomblo bermartabat). Pilih mana jones atau jobat ? It’s your choice guys !

Oke marilah kita jadi orang bijak sekarang. Karena bagaimana pun tak ada rumus yang sanggup dan tepat untuk menotasikan jodoh. Namun yang perlu dipahami, jodoh adalah bukanlah seperti apa dia, namun seperti apa kita. Jodoh bukanlah diukur dari dirinya namun dirimu. Jodoh adalah cerminan dirimu sendiri. Kamu baik jodohmu pun baik, kamu jahat jodohmu pun jahat. Ya itulah inti dari firman Allah tentang jodoh. Percayalah dengan janji-janji Allah agar kamu semakin bersemangat untuk memperbaiki diri. Teruslah berproses teman, tak ada kesiaan dalam setiap langkah yang telah kau lakukan. Perbaiki diri dan perbaiki lagi dan perbaiki terus. Pastinya Allah akan berbaik padamu untuk mewujudkan usaha-usahamu.

Pembahasan tentang jodoh tak akan ada habisnya. Bahkan kata pun begitu rumit untuk mengungkapkannya. Begitu misteriusnya sampai aku pun tak tau harus menuliskan apa lagi. Yang jelas jodoh itu sudah ditentukan oleh Tuhan, namun kitalah yang berusaha mencarinya. Termasuk kamu yang harus mencari aku. Hehe


Senin, 02 Maret 2015

Sebuah Renungan Saat Umur Tak Muda Lagi

Apa sih yang membuat hari ulang tahun menjadi istimewa ? kue ? ucapan-ucapan ? kado ? surprise atau apa ? pasti jawabannya adalah semuanya. Aku pun seperti itu, ingin mendapat kue, ucapan-ucapan terutama dari orang-orang yang disayang, kado, bahkan surprise. Ya, itu naluri yang wajar bagi semua orang.
Namun entah mengapa tahun ini berbeda. Bahkan rasanya tahun ini aku ingin melewatkan saja hari ulang tahunku, rasanya tanggal itu dihapus saja dari kalender. Bukan karena ada masalah yang sedang menimpaku atau karena aku merasa sebatang kara, bukan karena itu. Alasanku karena tahun ini usiaku sudah kepala dua. Dan belum apa hal yang bisa dibanggakan dari diriku.
Rasanya sulit sekali meninggalkan umur yang belasan ini. Namun mau tak mau semuanya terus berjalan, waktu terus berputar bahkan matahari masih setia menerangi bumi. Semakin bertambahnya umur, semakin besar pula tanggung jawab yang harus dipikul, semakin banyak ibadah yang harus diperbaiki karena kita tak pernah tau kapan episode kehidupan kita akan berakhir. Wallahu’alam semoga Allah masih memberikan umur kepada kita untuk mencari bekal sebanyak-banyaknya di akhirat.
Dewasa, kata yang sederhana namun tak sesederhana untuk mencapainya. Saat umur bertambah, harusnya kedewasaan juga bertambah. Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya ? mungkin there is something eror. Bukan jalan hidup kita yang eror, namun lebih kepada bagaimana kita menjalani dan memaknai kehidupan.
Sedikit cerita, tepat pada hari ulang tahun ini aku pergi ke panti. Dan aku seolah ditunjukkan oleh Tuhan hakekat hidup yang sebenarnya. Hidup itu sebuah perjuangan. Aku melihat besarnya perjuangan mereka yang ada di panti. Untuk pergi sekolah/kuliah saja mereka harus mengayuh sepeda ontel. Padahal jika naik motor saja memerlukan waktu 30 menit untuk sampai ke kampus. Itulah yang dialami oleh salah seorang temanku yang luar biasa. Bayangkan saja berapa waktu yang dia gunakan untuk mencapai kampus dengan sepeda ontelnya, jalannya pun ada yang menanjak. Sungguh luar biasa perjuangannya. Ketika makan pun tak boleh ada sedikit pun makanan yang tersisa. Karena membuang makanan adalah berdosa. Itu hanya segelintir cerita yang aku dapatkan di panti. Lalu apa yang aku lakukan selama ini ? Apa yang sudah ku perbuat dengan nikmat yang luar biasa diberikan oleh Tuhan ?
Fabiayyiaalairobbikuma tukadziban ? Nikmat Tuhan Mana Lagi yang Kamu Dustakan ?
Seolah-olah saat itu aku merasa Allah menanyakan firmanNya itu kepadaku. Astaghfirullah…Rasanya langsung menusuk ke hatiku.
Jika ingin hidup tenang dan bahagia kuncinya adalah bersyukur. Ya itulah yang harus lebih aku tingkatkan untuk hidupku ke depan. Bersyukur dan bersyukur insyaAllah hidup pun makmur. Dengan bersyukur, kita tak akan banyak mengeluh. Karena mengeluh itulah yang menyebabkan stress. Kalau udah stress nanti cepet tua, mau ? hehe
Jika kamu merasa tak ada orang yang peduli padamu, biarkan saja. Lagi pula masih ada orang tua yang selalu mempedulikanmu tanpa kamu memintanya. Masih ada Allah yang memberikan oksigen gratis padamu, bukankah itu salah satu tanda kepedulianNya padamu ? Lalu apa lagi yang kurang ?
Manusia memang masalah dunia selalu merasa kurang, tapi lihatlah ibadahmu, apa kau tak merasa kurang ? Masalah duniawi lihatlah ke bawah, lihatlah orang yang tidak seberuntung hidupmu agar kamu bisa bersyukur. Masalah akhirat lihatlah ke atas, yang tua aja masih semangat beribadah, mengapa yang muda bermalas-malasan ? | Yang tua kan sebentar lagi meninggal, jadi wajar lah kalau mereka semakin taat. | Heyy ingat kematian dating kapan saja !
Renungan ini untuk diriku sendiri, tak ada maksud untuk menggurui. Mari melangkah bersama-sama untuk mendapatkan ridhoNya, tak ada kata terlambat untuk memulai dan tak menunggu hidayah itu datang. Karena hidayah itu kita cari, bukan untuk ditunggu, seperti jodoh. Hehe
Satu kutipan yang aku pun mengutip, Hehe.
“Jangan takut untuk menjadi tua, tapi takutlah untuk tidak menjadi dewasa.”
Let’s fighting jiwa muda !!