Minggu, 05 April 2015

Tak Tau Siapa, Tak Tau Dimana, Dia lah Jodohku

       

Ada kegalauan yang muncul ketika mendengar kata “jodoh”. Mengapa demikian ? Karena jodoh
adalah salah satu misteri Allah selain rezeki, hidup dan mati. Kalau saja jodoh itu bukan misteri
mungkin nanti ceritanya tak seindah Adam Hawa, tak sedramatis Ali dan Fatimah, dan tentunya tak seromantis Aku dan Kamu. Iya Kamu. Kamu yang ntah siapa dan dimana. Hehe

Andai kita tahu jodoh kita siapa, pasti kita akan lebih terfokus padanya. Terkadang kita menginginkan seseorang untuk menjadi jodoh kita kelak. Tentu saja orang itu adalah orang yang spesial di hati kita. Terkadang pula muncul ide untuk membuat komitmen di antara kita dan si dia untuk masa depan. Ingin rasanya membuat rencana-rencana indah untuk ke depannya. Mulai bicara tentang konsep pernikahan nantinya, tanggalnya, rumah masa depan dan tentu saja momongan serta berbagai hal berumah tangga yang terlihat indah. Namun, ketika rencana-rencana indah itu telah dibuat, ingatan ini tertuju pada Allah. Karena jodoh memang di tangan Allah. Rasa takut menghampiri. Takut rencana-rencana itu tak sesuai harapan, takut bukan si dia yang menjadi jodoh kita, takut kecewa dan takut berharap.

Sebagai jiwa muda rasanya ngga muda kalau ngga ngrasain yang namanya “fall in love”. Fall in love, jatuh cinta. Muncul pertanyaan yang besar mengapa kata “cinta” yang menjadi perhatian seluruh manusia harus dipasangkan dengan kata “jatuh”. Dua kata yang menggambarkan suasana yang berbeda. Cinta sangat menggairahkan bagi orang yang merasakannya, sedangkan jatuh sangatlah menyakitkan. Mungkin jawaban pertanyaan yang besar tadi adalah karena ketika kita sedang jatuh cinta/kasmaran terhadap seseorang maka kita pun harus siap buat jatuh atau merasakan sakit hati, bertepuk sebelah tangan, dan lain sebagainya. Karena kembali lagi cinta itu juga termasuk dalam misteri Allah. Hehe

Sekarang ayo kita ubah mindset. Say no to “Jatuh Cinta” but “Bangun Cinta.” Mengapa ? karena yang namanya cinta tidak akan menyakitkan asalkan memperlakukannya benar. Cinta itu ibarat sebuah bunga yang indah. Bunga yang indah diawali dengan benih yang unggul dan ditanam pada lahan yang tepat. Siramilah benih itu dengan sewajarnya, jangan berlebihan. Maka sedikit demi sedikit benih itu akan tumbuh menjadi tanaman yang berbunga indah dan menawan. So, love is depent on yourself ! Threatment that !

Apalagi bangun cinta kepada Allah itu wajib dan mutlak. Sebelum mencintai makhlukNya yang aduhai menawan hati maka cintailah dulu penciptaNya yang telah menciptakan makhluk yang mampu menggetarkan jiwa. Hahaaa alay dikit biar tulisannya panjang. Hehe

Ketika kita merasakan cinta tentunya kita berharap dia adalah jodoh kita. Balik lagi ke jodoh. Muncul lagi kegalauan. Sabar ya mblo, jomblo. Hehe. Tenanglah jomblo itu ngga dosa ko dan bukanlah suatu masalah yang besar. Jomblo itu ada manfaatnya dan banyak menyedihkannya. Itu berlaku buat jones (jomblo ngenes), tapi ngga ngaruh buat jobat (jomblo bermartabat). Pilih mana jones atau jobat ? It’s your choice guys !

Oke marilah kita jadi orang bijak sekarang. Karena bagaimana pun tak ada rumus yang sanggup dan tepat untuk menotasikan jodoh. Namun yang perlu dipahami, jodoh adalah bukanlah seperti apa dia, namun seperti apa kita. Jodoh bukanlah diukur dari dirinya namun dirimu. Jodoh adalah cerminan dirimu sendiri. Kamu baik jodohmu pun baik, kamu jahat jodohmu pun jahat. Ya itulah inti dari firman Allah tentang jodoh. Percayalah dengan janji-janji Allah agar kamu semakin bersemangat untuk memperbaiki diri. Teruslah berproses teman, tak ada kesiaan dalam setiap langkah yang telah kau lakukan. Perbaiki diri dan perbaiki lagi dan perbaiki terus. Pastinya Allah akan berbaik padamu untuk mewujudkan usaha-usahamu.

Pembahasan tentang jodoh tak akan ada habisnya. Bahkan kata pun begitu rumit untuk mengungkapkannya. Begitu misteriusnya sampai aku pun tak tau harus menuliskan apa lagi. Yang jelas jodoh itu sudah ditentukan oleh Tuhan, namun kitalah yang berusaha mencarinya. Termasuk kamu yang harus mencari aku. Hehe


5 komentar: